Switchable Me : Fleksibilitas Berkarya di Era Digital

Memiliki beberapa profesi dan hobi itu adalah sebuah anugerah bagi saya. Hidup rasanya lebih berwarna dan dinamis, jauh sekali dari rasa jenuh.
Saya adalah ibu rumah tangga dengan dua anak remaja yang setiap hari disibukkan dengan seribu satu pekerjaan rumah tangga yang rasanya tidak ada habisnya. Di lain waktu saya adalah seorang Food Photographer, di waktu yang lain saya berprofesi sebagai Food Stylist dan di waktu senggang saya menjadi Food & Travel Blogger. Hidup saya memang tidak jauh-jauh dari urusan makanan.
It's my life: Ibu Rumah Tangga, Food Stylist, Food Photographer, Food Blogger.
Dalam satu hari saya harus bisa menjalani perubahan dari satu profesi ke profesi lainnya. Pagi hari saya tetap menjalankan kewajiban saya sebagai Ibu Rumah Tangga, menyiapkan makan pagi dan siang untuk suami serta anak-anak saya, dan 1-2 jam kemudian saya bekerja sesuai tuntutan profesi yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Sore atau malam hari, saya kembali menjadi Ibu Rumah Tangga yang harus mengurus keluarga.

Menjalani beberapa profesi maka saya harus dapat beralih profesi dalam hitungan hari. Terkadang di awal minggu saya bisa menjalani profesi sebagai Food Stylist, di pertengahan minggu sebagai Food Photographer dan menikmati akhir minggu dengan menulis blog. Terkadang dalam satu minggu saya tidak ada kontrak pekerjaan, dan saya akan mengisi waktu yang ada dengan menikmati hobi saya, membaca, mencoba resep-resep baru atau menulis blog. Mengajar workshop Food Photography ataupun Food Styling adalah pekerjaan musiman yang sesekali saya lakukan.
Satu yang pasti, profesi saya sebagai Ibu Rumah Tangga tetap menempel selama 24 jam.

Berawal dari Blogging.
Pertengahan tahun 2005, di tengah kerepotan sebagai ibu dengan dua balita, saya mulai berkenalan dengan kegiatan blogging. Ide awalnya sangat sederhana, yaitu mengumpulkan resep-resep favorit keluarga kami kedalam bentuk online. Dengan demikian tidak ada lagi lembar-lembar resep yang tercecer. 

Dengan foto yang sangat standar, tulisan yang ala kadarnya, food blog saya mulai bersuara. Dunia blogging yang sangat luas memungkinkan saya berkenalan dengan banyak food bloggers dari berbagai penjuru dunia dengan blog yang sangat cantik dan berkualitas. Hal inilah yang menggugah saya untuk memperbaiki blog ini. Secara pararel saya pun belajar memasak, menata dan memotret masakan saya juga menulis dengan lebih baik, kemudian menampilkannya dalam bentuk postingan blog. Memperkenalkan masakan Indonesia ke dunia luar menjadi salah satu cita-cita blog saya. 
Food Blog ini kemudian seolah-olah berfungsi sebagai portfolio, dan bertahun kemudian satu persatu tawaran pekerjaan sebagai Food Photographer kemudian sebagai Food Stylist pun menghampiri saya. 

Nikmatnya berkarya.
Bekerja di industri kreatif mungkin terlihat santai, tapi sebenarnya tidaklah demikian. Saya bekerja paruh waktu, dan single fighter. Mulai dari hal urusan deal dengan klien (urusan konsep dan finansial), mencari kebutuhan pemotretan hingga menyetir dan pelaksanaan pekerjaan, saya kerjakan sendiri. 

Profesi yang saya jalani ini tidak terlalu populer untuk sebagian orang.
Food Photographer adalah profesi di dunia photography yang mengkhususkan pemotretan di dunia kuliner. Intinya : motret makanan. Mudah? Tidak juga, tapi sangat menyenangkan.
Banyak hal yang perlu dikuasai baik dari segi teknik pemotretan hingga komposisi dan pengenalan jenis dan karakter makanan.
Food Stylist adalah seseorang yang mengkhususkan diri 'mempercantik' makanan untuk keperluan pemotretan makanan tersebut. Sulit kah? Tidak mudah karena ini menuntut kepekaan kita terhadap makanan dan semua pendukungnya. Mulai dari tekstur, warna dan bentuk makanan hingga ke props untuk penyajiannya.
Kedua profesi di atas menuntut kami sebagai pekerja seni untuk 'memberi jiwa' pada makanan/minuman sehingga menggugah selera orang yang melihatnya. Bahasa kerennya : membuat ngiler.

Produk akhir dari pekerjaan yang dilakukan oleh Food Photographer maupun Food Stylist bisa berupa foto-foto makanan untuk menu rumah makan, iklan di media cetak maupun TV komersial, foto resep di majalah/buku ataupun di website dan juga foto produk di kemasan makanan atau minuman.

Bekerja dengan satu team lengkap Food Photographer, Food Stylist, dan rekan-rekan Marketing Communication.
Salah satu karya bersama team, untuk keperluan sosial media.

Sebagai Food-Travel Blogger saya berusaha menghadirkan tulisan yang disertai foto-foto yang menarik. Mengikuti trend yang ada menjadi satu hal yang perlu saya pertimbangkan, tetapi memberi sentuhan personal di setiap postingan blog saya adalah suatu keharusan.
Kegiatan blogging adalah salah wadah saya menuangkan hobi menulis, memasak dan memotret. Sebagai food-travel blogger saya berkenalan dengan banyak rekan baru, mendapat kesempatan mencoba beragam restoran, mencoba produk memasak terkini, hingga traveling gratis.
Bersama dengan Teman-Teman IDFB (Indonesian Food Bloggers). Foto Kredit : Liza Chan, IDFB.










Menjadi seorang yang multitasking yang fleksible dan mobile di era digital tentu lebih asyik, karena berbagai gadget dapat mendukung pekerjaan-pekerjaan yang saya jalani. Tentu bisa terbayang bagaimana hebohnya peralatan kerja saya. Mulai dari props, bahan makanan hingga peralatan photography menjadi 'partner' kerja saya. Dan sekali jalan, handphone, tablet dan laptop ikut serta. 

Beberapa waktu belakangan saya terkesima dengan produk Acer yang baru. Sebuah notebook hybrid; notebook yang juga sekaligus adalah tablet, Switch Alpha 12

Body Ramping dan Fleksibel.
Langsung terbayang betapa ringan dan begitu memudahkan ketika harus mobile, meeting dengan klien cukup dengan membawa gadget ringan ini. Hanya 1.25 kg! Saya bepergian pun tidak perlu bawa laptop dan tablet secara terpisah. Didisain dengan keyboard docking yang dilengkapi dengan engsel magnet sehingga proses memasang dan melepas keyboard Switch Alpha 12 dapat dilakukan dengan cepat dan aman.

Performa Kencang Didukung Fitur Terdepan
Kebutuhan akan laptop dengan performa yang makin kencang dan bisa diandalkan semakin tidak terbendung. Ketika tumpukan pekerjaan menanti untuk dikerjakan, sementara laptop rasanya makin lamban.
Mengetahui jika Acer telah menanamkan prosesor Intel Core i Series generasi ke-6 yang memiliki kinerja kencang dan hemat energi pada Switch Alpha 12, rasanya makin naksir. Inilah yang membuat Acer Switch Alpha 12 berada di level lebih tinggi dibanding produk sejenis yang biasanya masih mengandalkan prosesor Intel Core M.

Keyboard yang Bersahabat.
Cukup menarik mengetahui keberadaan keyboard docking yang ternyata bukan sekedar aksesoris, tapi juga berfungsi sebagai screen protection. Keyboard ini didesain super tipis dan dilengkapi dengan lampu backlit. Jadi sekalipun berada di ruangan dengan pencahayaan yang redup, saya akan tetap bisa mengetik. Terbayang ketika sedang berprofesi sebagai 'supir' yang harus menunggu suami atau anak-anak saya di parkiran, saya tetap bisa menulis blog. Luar biasa!

Kemudian adanya kickstand yang bisa diatur sudutnya hingga 165 derajat untuk mendapatkan sudut pandang yang pas tentu akan memberi kenyamanan ketika bekerja.

Pendingin Tanpa Kipas.
Saya selalu punya masalah dengan laptop yang 'hangat cenderung panas' ditambah dengan irama suara kipas yang berusaha menstabilkan suhu mesin laptop, dan ini cukup mengganggu. Ini terutama terjadi ketika sedang proses buka tutup file foto yang ukurannya cukup besar dan selama proses pengeditan foto. Sementara itu ada puluhan bahkan ratusan foto yang harus dicek.

Nah salah satu spesifikasi Switch Alpha 12 yang terbilang unik dan berbeda dari kebanyakan notebook hybrid adalah Notebook 2-in-1 ini telah menggunakan teknologi terbaru dengan LiquidLoop, yaitu sebuah sistem pendingin yang mampu menstabilkan suhu mesin laptop tanpa kipas.
Tanpa kipas, dan tidak ada lagi suara bising.
Tanpa kipas berarti tidak diperlukan lagi ventilasi sehingga notebook bisa bebas debu karena tidak adanya sirkulasi udara yang keluar masuk. Tentunya ini akan membuat Switch Alpha 12 bekerja dengan lebih efisien dan tentu lebih awet, berusia panjang.

Active Pen.
Satu lagi kelebihan Switch Alpha 12 adalah tersedianya Stylus dengan sensitivitas hingga 256 tingkat tekanan. Tentu ini akan sangat membantu pekerjaan saya, dan sudah saatnya saya meninggalkan lembaran-lembaran kertas sketsa ketika menyiapkan desain untuk food-styling.
Saya bisa langsung mensketsa desain tertentu di layar monitor dan mendiskusikannya saat meeting.
Mudah-mudahan tidak perlu ada lagi kertas-kertas sketsa berserakan.

Display Resolusi Tinggi dengan Fitur Anti Radiasi
Berjam-jam di depan monitor laptop itu kadang benar-benar membuat mata dan kepala lelah. Tetapi pekerjaan menuntut saya untuk harus bertahan.
Senang sekali mengetahui kalau Switch Alpha 12 telah melengkapi perangkatnya dengan fitur Acer BlueLight Shield, sebuah teknologi yang mampu melindungi mata dari emisi cahaya biru dari layar notebook penyebab mata lelah dan kering.
Switch Alpha 12 memiliki display 12” dengan resolusi tinggi yaitu QHD (2160 x 1440) yang juga dilengkapi dengan teknologi IPS, sehingga memiliki area pandang yang lebih luas sehingga cocok dipakai mengedit foto.

Transfer Data Lebih Cepat
Ketika harus mentransfer ratusan file foto dengan ukuran rata-rata di atas 5GB/foto, berkali-kali saya merasa dunia perputar pelan sekali. Kabar gembira adalah Switch Alpha 12 ini telah melengkapi perangkatnya dengan standar USB terbaru, USB 3.1 Type-C. USB ini memiliki port bolak balik yang praktis dan tidak ribet. Sekarang saya akan bisa menikmati transfer data yang lebih cepat, yaitu mencapai 5 Gbps.
Untuk transfer 100 file foto mungkin cukup menunggu kurang dari 2 menit. Dunia pun akan cerah kembali.

Berkarya dengan fleksibilitas tinggi bukanlah hal yang mustahil di Era Digital ini. Mengatur skala prioritas, memilih pekerjaan sesuai minat, lengkapi diri dengan belajar tanpa henti dan didukung oleh teknologi terkini akan membuat kita akan mampu menghasilkan karya yang berguna bagi banyak orang.

Comments

Winarni said…
Inspiratif sekali ceritanya, mbak. Sebenarnya sudah lama tertarik dengan dunia food stylinh dan food photography, tapi kemarin2 mengurungkan niat karena kendala alat. Untunglah sekarang kamera hape sudah canggih2nya. Tetap berkarya, mbak. Keep up the great work