Mengabadikan 'Tana Toraja' melalui Lensa Kamera.
Tana Toraja merupakan salah satu dari sekian banyak objek wisata di Indonesia. Tempat yang sangat indah, kaya budaya, dan fotogenik, menjadi incaran wisatawan dan tentu para fotografer.
Terletak sisi utara propinsi Sulawesi Selatan, tempat ini dapat dikunjungi melalui jalur darat dan udara.
Diperlukan waktu tempuh sekitar 8 hingga 9 jam perjalanan darat dari Makassar (ibukota Sulawesi Selatan) dengan kondisi jalan antar kota yang cukup baik, atau 1 jam perjalanan dengan pesawat.
Ketika mengunjungi Tana Toraja, hampir pasti anda akan membawa kamera untuk mengabadikan perjalanan anda. Banyak yang dapat dilihat, dikunjungi dan dirasakan di Tana Toraja. Tidak hanya objek wisata, tetapi juga tradisi yang mereka pegang teguh juga kehidupan sehari-hari masyarakat setempat yang seringkali berbeda dengan masyarakat Indonesia pada umumnya membuat tempat ini menjadi sangat unik dan sayang jika tidak diabadikan.
Berikut ini adalah 5 hal yang perlu mendapat perhatian kamera para wisatawan yang berkunjung ke Tana Toraja.
1. Upacara Adat.
Pada umumnya jumlah wisatawan akan membludak pada 'musim' diadakannya upacara adat pemakaman, atau lebih dikenal dengan sebutan Rambu Solo. Kapankah musim itu datang, bukan pada saat banyak 'kematian' tetapi pada musim liburan sekolah.
Upacara adat yang perlu perencanaan berbulan-bulan dengan dana fantastis tentu akan dilaksanakan saat sanak keluarga memungkinkan untuk datang berkumpul. Biasanya dilakukan sekitar Juni-July (saat libur sekolah) atau bulan Desember (saat libur sekolah dan libur Natal). Menjadi hal yang sangat biasa apabila kita melihat jenazah yang disimpan/diawetkan, tidak langsung dimakamkan, sambil menanti saat yang ditentukan untuk pelaksanaan upacara adat.
Upacara yang memakan waktu sekitar 4 hari diawali dengan pemindahan jenazah dari rumah ke tempat upacara. Saat itu ratusan orang akan berjalan kaki beriringan, juga barisan kerbau terbaik akan mengiringi semacam pawai tersebut.
ISO 100, 50mm, f/1.8, 1/1600sec
Barisan pengantar jenazah.
ISO 100, 34mm, f/6.3, 1/200sec
Bunyi-bunyian alu (penumbuk padi) yang dipukul oleh ibu-ibu mengiringi kedatangan jenazah di tempat upacara akan dilaksanakan.
ISO 200, 17 mm, f/5.6, 1/60sec
Pemotongan kerbau selalu menjadi bagian dari upacara adat.
ISO 100, 50 mm, f/2.0, 1/2000sec
Suasana penerimaan tamu di hari kedua upacara adat kematian.
ISO 100, 17 mm, f/4, 1/1000sec
Salah satu atraksi menarik adalah saat penonton memberi lembaran-lembaran uang kertas kepada para penari.
ISO 100, 17mm, f/4.0, 1/400sec
Tarian Mabadong, yang melibatkan sanak keluarga.
ISO 100, 17 mm, f/4.0, 1/800sec
Tips :
Jangan sungkan untuk mencari sudut pengambilan foto yang diinginkan.
Carilah tempat yang strategis tanpa harus mengganggu jalannya upacara.
Bersikap low profile dan berpakaian sopan seperti warga setempat akan memudahkan kita membaur di antara peserta upacara dan juga memudahkan pengambilan foto.
2. Objek Wisata.
Ada begitu banyak objek wisata yang dapat dikunjungi di Tana Toraja. Yang cukup populer adalah pemakaman Londa dan Lemo, situs megalitikus .... dan juga beberapa rumah adat tua seperti Kete Kesu dan Pallawa.
Mengunjungi objek wisata, tentu kita akan berhadapan dengan banyak wisatawan lainnya. Terhalang oleh kerumunan orang saat kita bersiap mengarahkan kamera ke objek tertentu, akan menjadi hal yang biasa.
Bersiaplah menghadapi hal-hal tak terduga, tapi jagalah mood agar tetap merasa fun dalam memotret.
Kompleks Perumahan Adat Tua, Kete Kesu.
ISO 200, 17mm, f/9.0, 1/200sec
Patung 'Tau-tau' di Kompleks Pemakaman Lemo.
ISO 200, 17mm, f/6.3, 1/80 sec
Peti mati berusia puluhan-ratusan tahun di Kompleks Kete Kesu.
ISO 200, 17mm, f/4.0, 1/60sec
Rahang kerbau yang telah dipotong saat upacara pemakaman di Kompleks Kete Kesu.
ISO 100, 33mm, f/4.0, 1/640sec
Rumah adat Tana Toraja yang telah berumur ratusan tahun, di Kompleks pemakaman Lemo.
ISO 160, 17mm, f/8.0, 1/60sec
Patung 'Tau-tau' di Kompleks pemakaman keluarga di Londa.
ISO 200, 24mm, f/4.0, 1/60sec
Objek wisata Rumah Adat Tua, Pallawa.
Tips:
Buatlah perencanaan perjalanan, mampirlah di objek-objek wisata yang berdekatan dalam sekali perjalanan.
Datang lebih awal, sebelum wisatawan lain berbondong-bondong datang, dan cuaca belum terlalu panas.
Lensa Lebar! pastikan kamera anda terpasang lensa yang cukup lebar untuk dapat memotret objek besar dan luas. Saya memakai lensa 17-40mm.
Detail! banyak sekali detail yang bisa dibidik, buka mata, amati dengan cermat.
3. Potret Masyarakat Setempat.
Potret wajah warga setempat dengan latar belakang aktivitasnya ataupun alam indah sekelilingnya selalu menjadi objek yang menarik. Hasilnya akan sangat berkarakter dan tidak akan tertandingi oleh foto yang diambil dalam studio foto. Mereka terlihat lebih alami, natural dan ternyata cukup ramah dengan kehadiran wisatawan.
ISO100, 40mm, f/4.0, 1/320sec
ISO 100, 50mm, f/2.5, 1/100sec
ISO 1250, 28mm, f/4.0, 1/13sec
ISO 250, 50mm, f/2.8, 1/200sec
Difoto oleh orang yang asing bukanlah hal yang nyaman bagi sebagian besar orang. Wajah ataupun bagian tubuh kita adalah bagian yang sangat personal. Maka, ketika akan memotret seseorang yang belum kita kenal, terutama di suatu daerah wisata, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian.
Tips :
Bersikap sopan, sedapat mungkin berkomunikasilah dengan calon objek foto. Hindari 'paparazzi manner'.
Menggunakan kamera dengan lensa berukuran besar tidak jarang membuat orang merasa terintimidasi. Kamera berukuran kecil akan membuat objek merasa lebih nyaman.
Jangan lupa berterimakasih setelah memotret dan tawarkan untuk mengirim hasil foto pada mereka.
Framing! biarkan foto kita lebih bercerita dengan memberi latar belakang yang sesuai.
4. Pasar Traditisional.
Pasar selalu menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat saya melakukan perjalanan keluar kota. Di pasar tradisional, segala hal yang berbau lokal, khas dan unik dapat kita temui.
Tana Toraja mengenal adanya 'Hari Pasar'. Sebuah pasar akan mendapat penjadwalan setiap 6 hari untuk menjadi 'pasar utama', di mana hari tersebut pedagang dan pembeli dari segala penjuru dan pelosok Kabupaten Tana Toraja akan berkumpul di pasar yang mendapat penjadwalan tersebut.
Melihat begitu banyak objek yang dapat difoto di sebuah pasar, apalagi yang sedang mendapat kehormatan penjadwalan 'Hari Pasar', perlulah kita lebih jeli memilih objek foto. Pilihlah yang khas/unik, yang jarang atau tidak pernah kita temui di pasar tradisional lainnya.
Dua pasar yang paling saya rekomendasikan untuk kunjungi adalah Pasar Bolu dan Pasar Pagi. Keduanya terletak di kota Rantepao.
Lada Katokkon adalah jenis cabe khas Tana Toraja. Super pedas!
Beras Hitam khas Tana Toraja
ISO 200, 50mm, f/2.8, 1/100sec
Deppa Tori bertabur biji wijen (kue kering khas Tana Toraja) beserta aneka snack, dijual perkilo. Makanan ini biasanya akan disediakan saat ada upacara adat maupun ibadah rumah tangga (foto kiri).
Biji kopi Toraja yang sangat terkenal itu (foto kanan).
It's a Land of Buffalos!
Kerbau adalah hewan yang penting terutama dihubungkan dengan upacara kematian. Hutang dihitung dengan harga kerbau. Satu kerbau dihargai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
ISO 100, 40mm, f/4.0, 1/400sec.
Babi di atas truk, banyak ditemukan di Pasar Hewan, Bolu, Rantepao. Mereka dipindahkan dari satu pasar ke pasar lainnya.
Sirih, masih sangat popular di Tana Toraja. (Pasar Pagi, Rantepao).
Tips
Setiap pasar memiliki kekhasannya masing-masing. Galilah, carilah informasi sebelum mengunjunginya.
Pelajari dan dapatkan jadwal Hari Pasar di sana dan kunjungi sejak pagi hari.
Karena kedatangan kita seolah-olah adalah 'tamu', bersikap sopanlah. Hormati segala adat dan sikap warga setempat. Perbedaan bukan untuk diperdebatkan, biarlah itu yang memperkaya kita.
Kegiatan di Pasar biasanya berlangsung cepat, maka pastikan setting camera telah siap agar jangan kehilangan moment.
Kondisi cahaya yang biasanya cukup minim dalam pasar tradisional harus siap diantisipasi. Pemakaian ISO tinggi yang mengakibatkan 'noise' pada foto masih jauh lebih baik daripada memaksa pemakaian ISO rendah dan akhirnya anda membawa pulang foto yang blur.
5. Kopi Toraja dan Souvenir
"Life begins after Coffee" mungkin adalah quote yang paling cocok menggambarkan kehadiran Kopi Toraja.
Ini adalah komoditi export yang cukup terkenal dari Tana Taraja.
Di setiap acara, saat menyusuri perkampungan, melewati lorong-lorong pasar, semerbak kopi Toraja akan mengisi setiap ruang kosong.
Di pasar-pasar ataupun toko-toko souvenir, biji-biji kopi dan berbagai kelas kopi bubuk dengan kualitas berbeda sangat mudah didapatkan. Yang sulit adalah mencari kopi sachetan di supermarket setempat.
Penggilingan Kopi di Agri Industri "Rejeki", Rantepao.
Selain Kopi, aneka kerajian tangan karya pengrajin lokal bisa menjadi objek foto menarik.
Pembuatan 'Tau-Tau' (replika bentuk wajah para orang-orang tua setempat), yang biasanya banyak dijumpai di objek-objek wisata, tidak hanya menarik untuk dijadikan oleh-oleh, tetapi foto-foto pembuatannya pun akan menjadi sesuatu yang bisa dikenang.
Tana Toraja memang menyimpan begitu banyak keindahan alam dan tradisi yang dipegang teguh. Jarak yang cukup jauh dari Makassar, tidak membuat para wisatawan keberatan menempuh perjalanan yang cukup jauh. Kami sekeluarga biasanya memilih menyewa kendaraan dari TRAC Makassar, dengan jaminan kondisi kendaraan yang prima dan safety yang dapat dipercaya.
Memilih kendaraan yang aman dan cukup nyaman sekarang tidak terlalu sulit. Cek Agya, city car yang dapat diandalkan untuk perjalanan antar kota.
Dual SRS Air Bag yang dihadirkan di semua tipe Agya, membuat pengendara dan pemumpang menjadi lebih terjamin keselamatannya.
Selamat menikmati keindahan negeri ini.
Terletak sisi utara propinsi Sulawesi Selatan, tempat ini dapat dikunjungi melalui jalur darat dan udara.
Diperlukan waktu tempuh sekitar 8 hingga 9 jam perjalanan darat dari Makassar (ibukota Sulawesi Selatan) dengan kondisi jalan antar kota yang cukup baik, atau 1 jam perjalanan dengan pesawat.
Ketika mengunjungi Tana Toraja, hampir pasti anda akan membawa kamera untuk mengabadikan perjalanan anda. Banyak yang dapat dilihat, dikunjungi dan dirasakan di Tana Toraja. Tidak hanya objek wisata, tetapi juga tradisi yang mereka pegang teguh juga kehidupan sehari-hari masyarakat setempat yang seringkali berbeda dengan masyarakat Indonesia pada umumnya membuat tempat ini menjadi sangat unik dan sayang jika tidak diabadikan.
Berikut ini adalah 5 hal yang perlu mendapat perhatian kamera para wisatawan yang berkunjung ke Tana Toraja.
1. Upacara Adat.
Pada umumnya jumlah wisatawan akan membludak pada 'musim' diadakannya upacara adat pemakaman, atau lebih dikenal dengan sebutan Rambu Solo. Kapankah musim itu datang, bukan pada saat banyak 'kematian' tetapi pada musim liburan sekolah.
Upacara adat yang perlu perencanaan berbulan-bulan dengan dana fantastis tentu akan dilaksanakan saat sanak keluarga memungkinkan untuk datang berkumpul. Biasanya dilakukan sekitar Juni-July (saat libur sekolah) atau bulan Desember (saat libur sekolah dan libur Natal). Menjadi hal yang sangat biasa apabila kita melihat jenazah yang disimpan/diawetkan, tidak langsung dimakamkan, sambil menanti saat yang ditentukan untuk pelaksanaan upacara adat.
Upacara yang memakan waktu sekitar 4 hari diawali dengan pemindahan jenazah dari rumah ke tempat upacara. Saat itu ratusan orang akan berjalan kaki beriringan, juga barisan kerbau terbaik akan mengiringi semacam pawai tersebut.
ISO 100, 50mm, f/1.8, 1/1600sec
Barisan pengantar jenazah.
ISO 100, 34mm, f/6.3, 1/200sec
Bunyi-bunyian alu (penumbuk padi) yang dipukul oleh ibu-ibu mengiringi kedatangan jenazah di tempat upacara akan dilaksanakan.
ISO 200, 17 mm, f/5.6, 1/60sec
Ma'badong, tarian adat Tana Toraja yang dilakukan saat upacara adat kematian.
ISO 100, 17 mm, f/4.0, 1/400sec
Pemotongan kerbau selalu menjadi bagian dari upacara adat.
ISO 100, 50 mm, f/2.0, 1/2000sec
Suasana penerimaan tamu di hari kedua upacara adat kematian.
ISO 100, 17 mm, f/4, 1/1000sec
Salah satu atraksi menarik adalah saat penonton memberi lembaran-lembaran uang kertas kepada para penari.
ISO 100, 17mm, f/4.0, 1/400sec
Tarian Mabadong, yang melibatkan sanak keluarga.
ISO 100, 17 mm, f/4.0, 1/800sec
Tips :
Jangan sungkan untuk mencari sudut pengambilan foto yang diinginkan.
Carilah tempat yang strategis tanpa harus mengganggu jalannya upacara.
Bersikap low profile dan berpakaian sopan seperti warga setempat akan memudahkan kita membaur di antara peserta upacara dan juga memudahkan pengambilan foto.
2. Objek Wisata.
Ada begitu banyak objek wisata yang dapat dikunjungi di Tana Toraja. Yang cukup populer adalah pemakaman Londa dan Lemo, situs megalitikus .... dan juga beberapa rumah adat tua seperti Kete Kesu dan Pallawa.
Mengunjungi objek wisata, tentu kita akan berhadapan dengan banyak wisatawan lainnya. Terhalang oleh kerumunan orang saat kita bersiap mengarahkan kamera ke objek tertentu, akan menjadi hal yang biasa.
Bersiaplah menghadapi hal-hal tak terduga, tapi jagalah mood agar tetap merasa fun dalam memotret.
Kompleks Perumahan Adat Tua, Kete Kesu.
ISO 200, 17mm, f/9.0, 1/200sec
Patung 'Tau-tau' di Kompleks Pemakaman Lemo.
ISO 200, 17mm, f/6.3, 1/80 sec
Peti mati berusia puluhan-ratusan tahun di Kompleks Kete Kesu.
ISO 200, 17mm, f/4.0, 1/60sec
Rahang kerbau yang telah dipotong saat upacara pemakaman di Kompleks Kete Kesu.
ISO 100, 33mm, f/4.0, 1/640sec
Rumah adat Tana Toraja yang telah berumur ratusan tahun, di Kompleks pemakaman Lemo.
ISO 160, 17mm, f/8.0, 1/60sec
Patung 'Tau-tau' di Kompleks pemakaman keluarga di Londa.
ISO 200, 24mm, f/4.0, 1/60sec
Objek wisata Rumah Adat Tua, Pallawa.
Tips:
Buatlah perencanaan perjalanan, mampirlah di objek-objek wisata yang berdekatan dalam sekali perjalanan.
Datang lebih awal, sebelum wisatawan lain berbondong-bondong datang, dan cuaca belum terlalu panas.
Lensa Lebar! pastikan kamera anda terpasang lensa yang cukup lebar untuk dapat memotret objek besar dan luas. Saya memakai lensa 17-40mm.
Detail! banyak sekali detail yang bisa dibidik, buka mata, amati dengan cermat.
3. Potret Masyarakat Setempat.
Potret wajah warga setempat dengan latar belakang aktivitasnya ataupun alam indah sekelilingnya selalu menjadi objek yang menarik. Hasilnya akan sangat berkarakter dan tidak akan tertandingi oleh foto yang diambil dalam studio foto. Mereka terlihat lebih alami, natural dan ternyata cukup ramah dengan kehadiran wisatawan.
ISO100, 40mm, f/4.0, 1/320sec
ISO 100, 50mm, f/2.5, 1/100sec
ISO 1250, 28mm, f/4.0, 1/13sec
ISO 250, 50mm, f/2.8, 1/200sec
ISO 100, 40mm, f/4.0, 1/30sec
(c) vaniaSamperuru |
Tips :
Bersikap sopan, sedapat mungkin berkomunikasilah dengan calon objek foto. Hindari 'paparazzi manner'.
Menggunakan kamera dengan lensa berukuran besar tidak jarang membuat orang merasa terintimidasi. Kamera berukuran kecil akan membuat objek merasa lebih nyaman.
Jangan lupa berterimakasih setelah memotret dan tawarkan untuk mengirim hasil foto pada mereka.
Framing! biarkan foto kita lebih bercerita dengan memberi latar belakang yang sesuai.
Pasar selalu menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat saya melakukan perjalanan keluar kota. Di pasar tradisional, segala hal yang berbau lokal, khas dan unik dapat kita temui.
Tana Toraja mengenal adanya 'Hari Pasar'. Sebuah pasar akan mendapat penjadwalan setiap 6 hari untuk menjadi 'pasar utama', di mana hari tersebut pedagang dan pembeli dari segala penjuru dan pelosok Kabupaten Tana Toraja akan berkumpul di pasar yang mendapat penjadwalan tersebut.
Melihat begitu banyak objek yang dapat difoto di sebuah pasar, apalagi yang sedang mendapat kehormatan penjadwalan 'Hari Pasar', perlulah kita lebih jeli memilih objek foto. Pilihlah yang khas/unik, yang jarang atau tidak pernah kita temui di pasar tradisional lainnya.
Dua pasar yang paling saya rekomendasikan untuk kunjungi adalah Pasar Bolu dan Pasar Pagi. Keduanya terletak di kota Rantepao.
Lada Katokkon adalah jenis cabe khas Tana Toraja. Super pedas!
Beras Hitam khas Tana Toraja
ISO 200, 50mm, f/2.8, 1/100sec
Deppa Tori bertabur biji wijen (kue kering khas Tana Toraja) beserta aneka snack, dijual perkilo. Makanan ini biasanya akan disediakan saat ada upacara adat maupun ibadah rumah tangga (foto kiri).
Biji kopi Toraja yang sangat terkenal itu (foto kanan).
It's a Land of Buffalos!
Kerbau adalah hewan yang penting terutama dihubungkan dengan upacara kematian. Hutang dihitung dengan harga kerbau. Satu kerbau dihargai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
ISO 100, 40mm, f/4.0, 1/400sec.
Babi di atas truk, banyak ditemukan di Pasar Hewan, Bolu, Rantepao. Mereka dipindahkan dari satu pasar ke pasar lainnya.
Transaksi Jual Beli di Pasar Pagi, Rantepao.
ISO 250, 50mm, f/2.8, 1/250sec
Sirih, masih sangat popular di Tana Toraja. (Pasar Pagi, Rantepao).
Tips
Setiap pasar memiliki kekhasannya masing-masing. Galilah, carilah informasi sebelum mengunjunginya.
Pelajari dan dapatkan jadwal Hari Pasar di sana dan kunjungi sejak pagi hari.
Karena kedatangan kita seolah-olah adalah 'tamu', bersikap sopanlah. Hormati segala adat dan sikap warga setempat. Perbedaan bukan untuk diperdebatkan, biarlah itu yang memperkaya kita.
Kegiatan di Pasar biasanya berlangsung cepat, maka pastikan setting camera telah siap agar jangan kehilangan moment.
Kondisi cahaya yang biasanya cukup minim dalam pasar tradisional harus siap diantisipasi. Pemakaian ISO tinggi yang mengakibatkan 'noise' pada foto masih jauh lebih baik daripada memaksa pemakaian ISO rendah dan akhirnya anda membawa pulang foto yang blur.
5. Kopi Toraja dan Souvenir
"Life begins after Coffee" mungkin adalah quote yang paling cocok menggambarkan kehadiran Kopi Toraja.
Ini adalah komoditi export yang cukup terkenal dari Tana Taraja.
Di setiap acara, saat menyusuri perkampungan, melewati lorong-lorong pasar, semerbak kopi Toraja akan mengisi setiap ruang kosong.
Di pasar-pasar ataupun toko-toko souvenir, biji-biji kopi dan berbagai kelas kopi bubuk dengan kualitas berbeda sangat mudah didapatkan. Yang sulit adalah mencari kopi sachetan di supermarket setempat.
Penggilingan Kopi di Agri Industri "Rejeki", Rantepao.
Selain Kopi, aneka kerajian tangan karya pengrajin lokal bisa menjadi objek foto menarik.
Pembuatan 'Tau-Tau' (replika bentuk wajah para orang-orang tua setempat), yang biasanya banyak dijumpai di objek-objek wisata, tidak hanya menarik untuk dijadikan oleh-oleh, tetapi foto-foto pembuatannya pun akan menjadi sesuatu yang bisa dikenang.
Tana Toraja memang menyimpan begitu banyak keindahan alam dan tradisi yang dipegang teguh. Jarak yang cukup jauh dari Makassar, tidak membuat para wisatawan keberatan menempuh perjalanan yang cukup jauh. Kami sekeluarga biasanya memilih menyewa kendaraan dari TRAC Makassar, dengan jaminan kondisi kendaraan yang prima dan safety yang dapat dipercaya.
Memilih kendaraan yang aman dan cukup nyaman sekarang tidak terlalu sulit. Cek Agya, city car yang dapat diandalkan untuk perjalanan antar kota.
Interior yang nyaman dan luas memungkinkan keluarga yang membawa anak-anaknya untuk nyaman berkendara. Dengan luas kompartemen bagasi yang tersedia di bagian belakang, rasanya segala keperluan berwisata dapat dipenuhi.
Dual SRS Air Bag yang dihadirkan di semua tipe Agya, membuat pengendara dan pemumpang menjadi lebih terjamin keselamatannya.
Selamat menikmati keindahan negeri ini.
Comments
Pengen cobain kopinyaaaa.
thank you. I hope you enjoy those pics.
@anonymous yes... please let me know if you need more informations :)
@oline
Ayo berangkat Lin. Usahakan jgn lg musim hujan. Susah berpetualang.
Waah... di sana surga buat pencinta kopi. Ayo, ke Toraja biar lebih afdol nyari biji kopi terbaik.
orang toraja 11-12 lah sama orang batak, kalo bikin adat kematian habisnya jor-joran....
Dedy@Dentist Chef
restaurant in satya niketan