Surga Kecil di Dataran Tinggi Tana Toraja.
Surga.
Mendengar kata 'surga' yang terbayang di benak saya adalah sebuah tempat yang sangat indah, setiap sudut memancarkan keindahannya sendiri, tempat di mana kelima indra tubuh kita bekerja secara simultan menangkap segala keelokan yang ada. Pemandangan yang indah, senandung alam yang merdu, semerbak aroma yang menentramkan jiwa, kuliner unik yang menggoda lidah, hingga ukiran alam yang membuat tangan dan kaki kita ingin terus bereksplorasi serta keramahan warganya, di situlah surga.
Inilah Tanah Toraja, surga kecil di mana keindahan alam, tradisi budaya hingga kelezatan kopi Toraja dapat dinikmati kapan saja, semua indah dan ramah hingga ke pelosok desa-desa. Karena serba indah tersebut, terkadang sulit memilih mana yang ingin dijelajahi terlebih dahulu.
Indah, Sejauh Mata Memandang.
Hamparan sawah yang sangat menyejukkan mata senantiasa mengiringi perjalanan kami ke objek wisata mana pun yang hendak dituju. Sebagai salah satu lumbung beras yang cukup diandalkan di daerah Indonesia Tengah, Tana Toraja tetap mempertahankan keberadaan sawah, tidak hanya di pedesaan tetapi hingga ke kota-kota utamanya.
Toraja adalah surga wisata yang sangat 'family friendly'. Tidak repot membawa anak-anak untuk ikut menikmati berbagai tempat yang indah di sini. Berjalan di pematang sawah ataupun hiking ringan bisa menjadi alternatif kegiatan keluarga. Udara pegunungan yang sangat segar, jauh dari polusi sangat mendukung aktifitas bersama keluarga.
Perjalanan ini adalah kali pertama untuk kedua anak saya melihat kampung halamannya. Mereka sangat menikmatinya dan sangat berharap untuk berkesempatan menjelajah lebih jauh dan lebih lama.
Berkenalan dengan budaya dan tradisi masyarakat setempat di antara keindahan alam yang ada pun menjadi hal yang sangat menarik. Rumah-rumah adat yang yang berumur ratusan tahun masih cukup banyak yang dirawat dengan baik dan tetap berdiri megah. Kearifan lokal dengan memanfaatkan bahan alami yang tidak sulit didapatkan di daerah tersebut patut diapresiasi. Di bawah indahnya langit biru dengan udara yang sejuk, menjadi sangat menyenangkan menikmati indahnya karya arsitektur yang tidak pernah 'out of style' ini.
Alunan Simfoni di Upacara Pemakaman.
Jika berkesempatan menghadiri upacara pemakaman yang menjadi tradisi penting di Tana Toraja, maka ingat; jangan pernah membayangkan anda akan menghadiri upacara pemakaman yang suram dan penuh isak tangis. Upacara Pemakaman merupakan sebuah 'perayaan' bagi masyarakat Tana Toraja. Ajang di mana masyarakat serta sanak keluarga berkumpul untuk melepas kepergian orang terkasihnya.
Kedatangan jenazah di lokasi pesta pemakaman pun ditandai dengan riuh suara alu (alat penumbuk beras) yang dipukulkan tertalu-talu tanpa henti oleh para ibu di kampung tersebut.
Mengikuti rangkaian pemakaman almarhum nenek kandung saya, saya makin takjub akan tradisi leluhur saya. Keyakinan masyarakat Tana Toraja bahwa almarhum/almarhumah orang tercinta 'pergi' ke tempat yang lebih baik, dimanifestasikan dalam bentuk upacara dengan alunan simfoni serta tanpa suarana yang suram.
Menghirup Aroma Kopi Toraja yang Menggoda.
Satu wewangian yang seringkali mengiringi acara jalan-jalan mengeksplorasi Tana Toraja ada aroma kopi. Menemukan biji-biji kopi terbaik pun bukan hal yang sulit di sini. Langkahkan kaki ke pasar tradisional, maka tumpukan biji kopi maupun bubuk kopi yang telah digiling menjadi pemandangan yang lumrah.
Salah satu objek yang cukup menarik untuk didatangi adalah penggilingan kopi yang cukup banyak di Tana Toraja. Berbagai jenis kopi toraja dengan kualitas baik dapat dipilih di sini.
Kopi telah menjadi minuman wajib di Tana Toraja. Di setiap acara, teko-teko berukuran besar berisi kopi panas akan siap disajikan bagi tamu maupun wisatawan.
Semerbak uap kopi panas ibarat aromaterapi yang menyenangkan serta membuat kita merasa sangat nyaman berlama-lama menghampiri desa-desa cantik Tana Toraja.
Adalah lada katokkon, si biang dari segala makanan pedas khas Tana Toraja.
Sepintas bentuknya mirip dengan paprika mini. Di balik bentuknya yang terlihat menggemaskan, lada katokkon dikenal karena tingkat kepedasannya yang tinggi. Ke pasar tradisional manapun di Toraja, cabe jenis ini akan ditemukan. Cabe super pedas ini tumbuh subur di dataran tinggi Tana Toraja dan dimanfaatkan di berbagai jenis lauk khas setempat.
Seperti halnya masyarakat Indonesia pada umumnya, nasi pun menjadi makanan pokok masyarakat Tana Toraja. Nah, ketika masyarakat perkotaan kini mulai beralih ke beras merah ataupun beras coklat, warga Tana Toraja sejak dulu memiliki beras andalan yakni beras hitam. Konon beras ini memiliki kadar glikemik yang lebih rendah dari beras merah juga memiliki kadar serat yang cukup tinggi.
Karenanya, ketika berada di Tana Toraja, saya memaksimalkan konsumsi beras hitam ini, yang cukup jarang bisa ditemui di Ibukota.
Ukiran Alam bersandingkan Karya Seniman.
Mendengar kata 'surga' yang terbayang di benak saya adalah sebuah tempat yang sangat indah, setiap sudut memancarkan keindahannya sendiri, tempat di mana kelima indra tubuh kita bekerja secara simultan menangkap segala keelokan yang ada. Pemandangan yang indah, senandung alam yang merdu, semerbak aroma yang menentramkan jiwa, kuliner unik yang menggoda lidah, hingga ukiran alam yang membuat tangan dan kaki kita ingin terus bereksplorasi serta keramahan warganya, di situlah surga.
Di ketinggian 700m di atas permukaan laut, sebuah surga kecil di jantung pulau Sulawesi senantiasa menyambut ramah datangnya wisatawan. Untuk saya, ini adalah acara pulang kampung.Delapan hingga sembilan jam perjalanan darat yang berliku dan melelahkan dari Makassar (ibukota propinsi Sulawesi Selatan) dalam sekejap terlupakan ketika kami memasuki Kabupaten Tana Toraja dengan sapaan udara dingin yang segar, hamparan sawah yang ditutupi kabut tipis berlatar belakang lengkung atap tongkonan, rumah adat khas Tana Toraja.
Inilah Tanah Toraja, surga kecil di mana keindahan alam, tradisi budaya hingga kelezatan kopi Toraja dapat dinikmati kapan saja, semua indah dan ramah hingga ke pelosok desa-desa. Karena serba indah tersebut, terkadang sulit memilih mana yang ingin dijelajahi terlebih dahulu.
Indah, Sejauh Mata Memandang.
Hamparan sawah yang sangat menyejukkan mata senantiasa mengiringi perjalanan kami ke objek wisata mana pun yang hendak dituju. Sebagai salah satu lumbung beras yang cukup diandalkan di daerah Indonesia Tengah, Tana Toraja tetap mempertahankan keberadaan sawah, tidak hanya di pedesaan tetapi hingga ke kota-kota utamanya.
Toraja adalah surga wisata yang sangat 'family friendly'. Tidak repot membawa anak-anak untuk ikut menikmati berbagai tempat yang indah di sini. Berjalan di pematang sawah ataupun hiking ringan bisa menjadi alternatif kegiatan keluarga. Udara pegunungan yang sangat segar, jauh dari polusi sangat mendukung aktifitas bersama keluarga.
Perjalanan ini adalah kali pertama untuk kedua anak saya melihat kampung halamannya. Mereka sangat menikmatinya dan sangat berharap untuk berkesempatan menjelajah lebih jauh dan lebih lama.
Alunan Simfoni di Upacara Pemakaman.
Jika berkesempatan menghadiri upacara pemakaman yang menjadi tradisi penting di Tana Toraja, maka ingat; jangan pernah membayangkan anda akan menghadiri upacara pemakaman yang suram dan penuh isak tangis. Upacara Pemakaman merupakan sebuah 'perayaan' bagi masyarakat Tana Toraja. Ajang di mana masyarakat serta sanak keluarga berkumpul untuk melepas kepergian orang terkasihnya.
Diawali dengan arak-arakan pemindahan jenazah dari tempat tinggalnya ke lokasi acara pemakaman. Saat itu saja, suara riuh keluarga mengiringi perjalanan jenazah. Ada senyum dan tarian di sana. Kerbau yang menjadi hewan 'terhormat' pun dihias dan mengikuti iring-iringan perjalanan tersebut.
Jadi bisa dibayangkan, berbagai kombinasi suara akan terdengar bagai simfoni di siang hari. Ada teriakan para lelaki yang membawa iringan jenazah, ada bunyi tumbukan alu tanpa jeda, suara iring-iringan hewan, ditambah lagi suara pemandu acara yang menggunakan pengeras suara.Saat itu saya tidak lagi memerlukan earphone untuk mendengar musik, tapi suara alami di sekitar saya sungguh sayang jika dilewatkan begitu saja.
Empat hingga lima hari jalannya upacara pemakaman dan saya berkesempatan menginap di lantang, penginapan semi permanen yang dibangun untuk acara upacara pemakaman ini. Setiap harinya, ratusan tamu, sanak keluarga hingga wisatawan datang untuk menyaksikan upacara ini. Berbagai 'atraksi' dihadirkan tanpa jeda, dari pagi hingga malam hari.
Terkadang siang, ataupun malam hari, para pria melakukan tarian Ma'badong, membentuk lingkaran, bergandengan tangan, dengan gerakan kaku ke kiri dan ke kanan sembari melantunkan lagu-lagu berirama datar tanpa iringan alat musik.
Di siang hari, tarian dan lagu disenandungkan para ibu berpakaian cerah. Di tengah acara, akan berlangsung acara 'ma'toding', semacam saweran dengan menyelipkan lembaran-lembaran uang kertas yang diselip dalam potongan bambu tipis yang kemudian diselipkan di atas topi yang dikenakan para penari. Sekali lagi, tidak ada suasana duka di sana.
Menghirup Aroma Kopi Toraja yang Menggoda.
Satu wewangian yang seringkali mengiringi acara jalan-jalan mengeksplorasi Tana Toraja ada aroma kopi. Menemukan biji-biji kopi terbaik pun bukan hal yang sulit di sini. Langkahkan kaki ke pasar tradisional, maka tumpukan biji kopi maupun bubuk kopi yang telah digiling menjadi pemandangan yang lumrah.
Salah satu objek yang cukup menarik untuk didatangi adalah penggilingan kopi yang cukup banyak di Tana Toraja. Berbagai jenis kopi toraja dengan kualitas baik dapat dipilih di sini.
Semerbak uap kopi panas ibarat aromaterapi yang menyenangkan serta membuat kita merasa sangat nyaman berlama-lama menghampiri desa-desa cantik Tana Toraja.
Manis dan Pedas yang Menggoyang Lidah.
Berada di Tana Toraja, indra perasa kita akan terus diajak menari. Di tengah dinginnya udara khas dataran tinggi, perut akan terus minta diisi. Mulai dari masakan pedas hingga dessert manis yang menjadi andalan kuliner Tana Toraja bisa menjadi pilihan.Adalah lada katokkon, si biang dari segala makanan pedas khas Tana Toraja.
Sepintas bentuknya mirip dengan paprika mini. Di balik bentuknya yang terlihat menggemaskan, lada katokkon dikenal karena tingkat kepedasannya yang tinggi. Ke pasar tradisional manapun di Toraja, cabe jenis ini akan ditemukan. Cabe super pedas ini tumbuh subur di dataran tinggi Tana Toraja dan dimanfaatkan di berbagai jenis lauk khas setempat.
Seperti halnya masyarakat Indonesia pada umumnya, nasi pun menjadi makanan pokok masyarakat Tana Toraja. Nah, ketika masyarakat perkotaan kini mulai beralih ke beras merah ataupun beras coklat, warga Tana Toraja sejak dulu memiliki beras andalan yakni beras hitam. Konon beras ini memiliki kadar glikemik yang lebih rendah dari beras merah juga memiliki kadar serat yang cukup tinggi.
Karenanya, ketika berada di Tana Toraja, saya memaksimalkan konsumsi beras hitam ini, yang cukup jarang bisa ditemui di Ibukota.
Di balik pedasnya masakan serta sehatnya beras khas Tana Toraja, selalu ada yang manis sebagai penutup hidangan maupun teman minum kopi hitam.
Deppa Tori, kue kecil seukuran jari manis yang terbuat dari tepung beras serta gula merah dengan taburan biji wijen di bagian atasnya. Penganan manis ini hadir di setiap acara, mulai dari acara pesta hingga kedukaan.Mudah ditemukan di pasar tradisional, tapi saya suka membeli dari 'home industry', di mana banyak usaha-usaha rumahan yang membuat serta menjual kue ini. Saran saya pilih yang masih hangat, baru diangkat dari penggorengan. Tidak ada yang menandingi kelezatan serta teksturnya yang garing di bagian luar serta empuk di bagian dalam. Sekali mencoba kue sederhana ini, saya yakin anda akan sulit melupakannya.
Tidak hanya hamparan sawah yang menjadi daya tarik keindahan Tana Toraja. Bukit-bukit batu yang menjulang pun memiliki daya tarik tersendiri. Bukit-bukit batu itu tidak dibiarkan begitu saja. Sebagian telah dipahat dan dijadikan semacam 'etalase' untuk meletakkan 'tau-tau', replika tubuh dari orang-orang yang telah meninggal. Tau-tau terbuat dari kayu yang cukup kuat, tahan cuaca, dan diberi pakaian serta assesoris. Cukup menarik melihat adanya tradisi memahat patung serta memahat dinding bukit batu, sungguh sebuah kreatifitas yang tercipta dengan jiwa seni yang cukup tinggi
Tradisi memahat, mengukir serta menenun telah menjadi bagian keseharian masyarakat Tana Toraja. Jika kita perhatikan secara detail, tongkonan (rumah adat Tana Toraja), terukir rapi di seluruh bagian dindingnya, termasuk daun jendela bagian luar dan dalam. Banyak makna yang terkandung dari jenis ukiran dan warna alami yang menghiasinya.
Tekstur yang terbentuk dari pahatan serta ukiran di dinding bukit, di rumah-rumah adat maupun di berbagai souvenir yang bisa menjadi buah tangan, memberi warna tersendiri bagi indra peraba saya. Betapa kampung halaman saya begitu kaya akan tekstur serta karya seni yang tinggi.
Ketika kelima indra tubuh telah dipuaskan untuk mengeksplor keindahan surga kecil ini, maka satu hal yang tidak bisa saya lupakan adalah keramahan masyarakat di Tana Toraja.
Di suatu pagi, saya menyempatkan berjalan kaki ke pelosok desa yang sederhana, di sepanjang jalan berbatu saya bertemu beberapa orang yang tidak saya kenal. Sebagai orang yang terlihat 'asing' dan tidak fasih berbahasa daerah setempat, saya tetap disapa dengan ramah, dan ketika saya minta izin untuk memotret mereka, dengan ramahnya mereka berpose siap untuk berfoto.
Ternyata, keramahan saya temui baik di jalan kampung, tempat wisata maupun di pasar tradisional.
Keramahan dan kehangatan yang akan membuat anda betah dan merasa nyaman menikmati perjalanan wisata ke sana.
Tips Perjalanan.
Setiap perjalanan tentu memerlukan persiapan yang terencana dengan matang. Berikut sedikit tips dari saya agar kunjungan anda ke Tana Toraja menjadi lebih bermakna.
1. Ingin menghadiri Upacara Adat Pemakaman di Tana Toraja? Cari informasinya.
Pada umumnya jumlah wisatawan akan membludak pada 'musim' diadakannya upacara adat pemakaman, atau lebih dikenal dengan sebutan Rambu Solo. Kapankah musim itu datang, bukan pada saat banyak 'kematian' tetapi pada musim liburan sekolah.
Upacara adat yang perlu perencanaan berbulan-bulan dengan dana fantastis tentu akan dilaksanakan saat sanak keluarga memungkinkan untuk datang berkumpul. Biasanya dilakukan sekitar Juni-Agustus (saat libur sekolah) atau bulan Desember (saat libur sekolah dan libur Natal). Menjadi hal yang sangat biasa apabila kita melihat jenazah yang disimpan/diawetkan, tidak langsung dimakamkan, sambil menanti saat yang ditentukan untuk pelaksanaan upacara adat.
Jika menghadiri acara pemakan, usahakan jangan salah kostum. Pilihan pakaian berwarna hitam serta sarung merupakan alternatif terbaik. Untuk wanita, ada baiknya membawa selendang hitam, dapat digunakan untuk pelindung kepala ataupun sekedar menyamakan tampilan dengan masyarakat setempat.
2. Ada dua pilihan perjalanan menuju Tana Toraja. Perjalanan lewat darat dan udara. Perjalanan darat memang memakan waktu lebih lama, tapi pemandangan dan pengalaman perjalanan itu sungguh luar biasa. Indah sekali. Anda bisa menyewa kendaraan (mobil) dari Makassar ataupun naik bis. Sudah cukup banyak bis dengan fasilitas yang nyaman tersedia.
Jika memilih naik pesawat, dengan perjalanan udara 1,5 jam dari Bandara Internasional Hasanuddin Makassar, anda akan tiba di Bandara Udara Pong Tiku, Rantepao. Pastikan anda mengetahui jadwal penerbangan dari dan ke Tana Toraja, karena tidak setiap hari ada penerbangan ke sana. Tiket.com dapat membantu memudahkan perencanaan penerbangan anda. Tentunya anda perlu memesan tiket dari tempat tinggal anda menuju Makassar, sebelum melanjutkan dengan penerbangan ke Tana Toraja.
3. Penginapan. Ada banyak pilihan penginapan di Tana Toraja, mulai dari hotel berbintang 5 hingga motel sederhana tapi bersih. Bahkan ada beberapa rumah penduduk yang biasa menerima wisatawan untuk menginap. Jika anda datang di musim liburan, sebaiknya pemesanan kamar hotel dilakukan jauh hari sebelumnya. Perencanaan bisa dilakukan secara simultan dengan pemesanan tiket pesawat melalui Tiket.com.
4. Rencanakan objek wisata mana saja yang ingin didatangi di Tana Toraja dan mampirkan ke objek-objek wisata yang berdekatan dalam sekali perjalanan sehingga perjalanan menjadi lebih efektif.
Selamat mengunjungi Surga Kecil di Dataran Tinggi Tana Toraja.
Comments
Selamat ya, buat pemenang.
Memang luar biasa surga tersembunyi di Toraja. Semoga aku bisa ke sana suatu saat nanti. :)
keren uuyy
Makasih ta Mbak🙏🏻
Pengen banget deh main ke Toraja. hihi
www.ipung.net
Keren blognya.. informatif dan deskriptif sekali, gak salah jadi pemenang kompetisi blog by detik travel dan tiket.com... selamat yaa
Keren blognya.. informatif dan deskriptif sekali, gak salah jadi pemenang kompetisi blog by detik travel dan tiket.com... selamat yaa
Kunjungi Juga Wisata di Jawa seperti di Jogja ya