Jelajah Gizi Minahasa ep.1/3 : Eksotika Kuliner Dataran Tinggi Minahasa

Hingga dua minggu yang lalu, saya tidak membayangkan jika saya akan berkesempatan mengeksplorasi sisi lain dari negeri ini dan menikmati kuliner khas daerah tersebut. Kombinasi dua aktifitas yang sangat saya nikmati.

Bertajuk 'Jelajah Gizi Minahasa', selama 3 hari 2 malam, bersama dengan 9 Bloggers Indonesia, 14 Rekan Media, juga teman-teman dari Sari Husada dan DetikCom, kami mengeksplorasi kekayaan kuliner Minahasa, Sulawesi Utara. 
Sayap 'Garuda' dengan desain retro (foto kanan). Penting.
Jelajah Gizi adalah program tahunan yang diselenggarakan oleh Sari Husada, untuk mengeksplorasi nilai gizi di balik kekayaan pangan khas Indonesia. Minahasa menjadi pilihan destinasi untuk program Jelajah Gizi ke empat ini, dan saya merasa sangat beruntung terpilih menjadi salah satu Blogger yang bisa mengikuti perjalanan kaya pengetahuan ini. Perjalanan ini semakin special dengan kehadirnya Pak Arif (Communications Director Danone Indonesia), Prof. Ahmad Sulaeman (ahli gizi) dan Mbak Sasha dan Mas Bolang sebagai Trip Ambassador. Lengkap!
Pembahasan tentang Kuliner, Gizi, Photography hingga Blogging tak henti mengalir sepanjang perjalanan.
Sangat menyenangkan!
Bloggers Indonesia @Sam Ratulangi Airport, Manado. Foto Kredit : FB NutrisiBangsa (SariHusada)
Begitu tahu saya akan berangkat ke Minahasa, beberapa rekan berkomentar,'Wah, sekalian mudik dong?'
Oh tidak. Ini adalah perjalanan pertama saya ke Minahasa. Sekedar informasi, saya 'asli' Toraja, Sulawesi Selatan. Ribuan kilometer dari Minahasa.
Jadi, jangan heran kalau saya sangat 'excited' dengan kunjungan ke bagian utara pulau Sulawesi ini. 
Minahasa, Sulawesi Utara dikenal karena keragaman kulinernya mulai dari sumber daya laut, sayur-mayur, hingga rempah-rempah dengan cita rasa yang khas.
Setelah perjalanan pesawat Jakarta-Manado yang cukup lancar, dengan menggunakan bis kami langsung menuju Danau Tondano yang letaknya di dataran tinggi, sekitar 600m dpl. 

Ikan Mujair, Ikan Nike & Kolombi dari Danau Tondano
Restoran Tumou Tou. 
Melalui perjalanan berliku, melewati daerah Tinoor dan Kota Tomohon, maka sampailah kami di Rumah Makan Tumou Tou, tepat di tepian Danau Tondano. 
Pemandangan danau yang tenang terbentang indah di hadapan kami.

Danau Tondano merupakan kaldera yang dihasilkan oleh aktivitas gunung berapi. 
Danau ini merupakan sumber daya penting bagi masyarakan Sulawesi Utara, utamanya masyarakat yang bermukim di Minahasa dan Kota Manado. Kebutuhan air minum, air irigasi, pembangkit listrik dipenuhi oleh ketersediaan air dari danau cantik ini. 
Ikan? Seafood?
Ikan air tawar seperti ikan Mujair, ikan Pior, udang kecil, ikan Nike, ikan Sepat dan ikan Gurame adalah sebagian yang dihasilkan dari danau Tondano. 

Maka mulailah kami menyantap beraneka menu khas dataran tinggi Minahasa.
Ikan Mujair Bakar, dengan daging yang lembut, dicocol dengan sambal dabu-dabu. Nikmat!
Dua menu special yang tidak biasa adalah Kolombi dan Perkedel Ikan Nike.

Sesuai dengan selera masyarakat setempat yang menyukai masakan pedas, maka Kolombi atau Siput Danau ini dimasak pedas. Cukup ditemani sedikit lauk ini saya bisa menghabiskan beberapa sendok nasi. Masakan dengan tekstur yang kenyal, serta kaya protein ini menjadi salah satu menu khas di sekitar Tondano. Selain ditumis, kolombi seringkali diolah menjadi sate, dibakar dengan berbagai bumbu khas setempat, dan tentu saja,... wajib pedas!
Yang tidak kalah uniknya adalah Perkedel Ikan Nike
Ikan Nike adalah jenis ikan teri berukuran 2-4 cm yang mempunyai keunikan tersendiri karena siklus pemuculannya dalam jumlah besar dalam satu lokasi tertentu. Perilakunya mirip dengan ikan salmon, dan nilai gizinya pun setara dengan ikan salmon, yaitu kandungan asam amino esensialnya yang baik bagi tubuh kita.
Ikan Nike ini merupakan salah satu kekayaan pangan dari Danau Tondano. 


Yang menarik di restoran ini juga melakukan pembudidayaan ikan di keramba sekitar restoran. Jadi yakinlah kita akan kualitas ikan-ikan sehat yang dikonsumsi di tempat tersebut.

Mengenal Kue-kue Tradisional Minahasa.
Siapa sih yang tidak kenal Klapertart? Atau Kue Cucur? Kue Apang?
Sebenarnya masih banyak jenis kue tradisional Sulawesi Utara lainnya. Sebut saja, Balapis (Kue Lapis khas Manado), juga Apang Coe, kue Apang yang dikukus di atas cetakan yang terbuat dari daun pandan yang dibentuk kotak.

Cukup beruntung, saat perjalanan #JelajahGiziMinahasa, kami berkesempatan diterima di rumah Pak Camat Lembean Timur dan diperkenalkan dengan aneka kue tradisional khas Minahasa. Begitu kami tiba, di atas meja panjang terhampar aneka kue-kue lezat. Tidak hanya untuk dinikmati, kami pun sempat belajar cara pembuatannya. Sayang waktu yang terbatas membuat acara pelajaran memasak harus dihentikan. aihh....



Yang khas dari kue-kue tradisional ini adalah penggunaan rempah yang cukup kuat. Kayumanis, bumbu spekuk hingga pala bubuk menjadi bahan andalan di dapur Minahasa.
Metode pembuatannya pun sangat variatif, Klaapertart yang dipanggang, Apang Bakar yang menggunakan certakan berbahan tebal yang dimasak di atas api kecil, kue cucur yang digoreng, lemat yang dikukus dan nasi jaha yang bakar selama 2 jam dalam bambu jenis tertentu. Menarik sekali.

Kekayaan bahan pangan yang mudah ditemukan di daerah tertentu, alangkah baiknya ketika digunakan secara maksimal dan pada akhirnya menjadi makanan khas daerah tersebut.

Nikmatnya Pisang Goreng Bersambal di Temboan Hill. 
Rurukan, Tomohon.
Kredit Foto : FB NutrisiBangsa (SariHusada)
Sambil menikmati indahnya pemandangan dari Temboan Hill, desa Rurukan yang merupakan area ekowisata di sisi timur kota Tomohon, berpiring-piring pisang goreng ala Minahasa tersaji hangat.
Makan pisang goreng aja jauh amat?
Rasanya semua orang tahu nikmatnya pisang goreng hangat. Tapi yang membedakan pisang goreng ala Minahasa dengan pisang goreng pada umumnya adalah jenis pisang yang digunakan dan tersedianya sambal sebagai saus cocolan. Serius!

Menikmati Pisang Goreng Goroho sambil mendengar penjelasan gizi dari Prop. Ahmad.
Kalau biasanya kita menikmati pisang goreng dari pisang tanduk atau pisang kepok, di Minahasa lain ceritanya. Jenis pisang yang digunakan adalah pisang varietas lokal yang belum banyak dikenal masyarakat luar Sulawesi Utara, yaitu Pisang Goroho. Nah... belum familiar kan?
Karena rasanya yang tawar dan tidak manis, pisang ini diyakini sangat cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes. Hasil penelitian pun menunjukkan bahwa pisang ini memiliki indeks Glikemik* yang rendah.
Sambal?
Sebagian dari kita mulai familiar dengan pisang goreng yang dikombinasi dengan sambal roa. Tetapi kali ini, ada tambahan jenis sambal lainnya, yaitu Sambal Bakasang. Baru denger kan?
Jika sambal roa menggunakan ikan roa asap sebagai bahan campurannya, maka Sambal Beakasang menggunakan telur ikan sebagai bahan campurannya. Lezat? iya, enak banget!
Bonusnya adalah kandungan vitamin dan protein yang cukup tinggi.
*Indeks Glikemik (glycemic index/GI) adalah ukuran kecepatan makanan diserap menjadi gula darah. Semakin tinggi indeks glikemik suatu makanan, semakin cepat dampaknya terhadap kenaikan gula darah.

Prasmanan, kuliner Minahasa.
Menutup aktivitas padat hari pertama di Tomohon, dengan makan malam prasmanan kuliner Minahasa. Mampirlah kami di Green Garden Restaurant. Sajian hangat menanti, dan rasanya luarbiasa, makanan yang dimasak dengan jumlah banyak tersebut tidak 'kehilangan nyawa'. Bumbu yang meresap dengan baik dan metode memasak yang tepat membuatnya sangat pas di lidah.

Sejujurnya saya sudah cukup kenyang dengan pisang goreng di Temboan Hill, maka malam itu saya hanya menyicip ikan asam-manis dan tumis bunga pepaya. Happy tummy!

Malam itu lebih banyak kami isi dengan makan malam dan ramah tamah. 
Hari yang melelahkan sekaligus begitu menyenangkan, melihat banyak hal yang baru, bertemu teman-teman baru, menikmati keindahan tanah Minahasa.
-----
Sampai bertemu di episode berikutnya, tentang aktifitas seru di Pasar Beriman Tomohon dan Pantai 'Mangrove Forest' Bahowo.

Comments